kebudayaan suku batak toba


Tugas Sosiologi Kehutanan                                                              Medan, Oktober 2019
KEBUDAYAAN BATAK TOBA
Dosen Penanggung Jawab
Dr. Agus Purwoko, S. Hut., M.Si.
                                 Disusun Oleh :
                    Zetro Simamora      171201132
                                      MNH 5
                                                                      








       PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019


  BAB I
PENDAHULUAN

Latar  Belakang
                Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan.
            Rasa saling menghormati dan menghargai akan tumbuh apabila antar sesama manusia menjujung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu kehidupan, alat komunikasi antar sesama dan sebagai ciri khas suatu kelompok masyarakat. Kebudayaan berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi dengan manusia yang lain dan pada akhirnya menjadi ciri khas suatu kelompok manusia. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan alat sebagai jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain yaitu kebudayaan.
           
Tujuan
            Adapun tujuan dari pembuatan pembuatan paper ini untuk mengetahui sistem kebudayaan batak toba yang ada di daerah Buluduri, kota Sidikalang, Sumatera Utara.

BAB II
LANDASAN TEORI
            Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya.

   Sebagai pengetahuan, kebudayaan adalah suatu satuan ide yang ada dalam kepala manusia dan bukan suatu gejala (yang terdiri atas kelakuan dan hasil kelakuan manusia). Sebagai satuan ide, kebudayaan terdiri atas serangkaian nilai-nilai, norma-norma yang berisikan larangan-larangan untuk melakukan suatu tindakan dalam menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan alam, serta berisi serangkaian konsep-konsep dan model-model pengetahuan mengenai berbagai tindakan dan tingkah laku yang seharusnya diwujudkan oleh pendukungnya dalam menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan alam. Jadi nilai-nilai tersebut dalam penggunaannya adalah selektif sesuai dengan lingkungan yang dihadapi oleh pendukungnya
Dari berbagai sisi, kebudayaan dapat dipdang sebagai: (1) Pengetahuan yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut; (2) Kebudayaan adalah milik masyarakat manusia, bukan daerah atau tempat yang mempunyai kebudayaan tetapi manusialah yang mempunyai kebudayaan; (3) Sebagai pengetahuan yang diyakini kebenarannya, kebudayaan adalah pedoman menyeluruh yang mendalam dan mendasar bagi kehidupan masyarakat yang bersangkutan; (4) Sebagai pedoman bagi kehidupan, kebudayaan dibedakan dari kelakuan dan hasil kelakuan; karena kelakuan itu terwujud dengan mengacu atau berpedoman pada kebudayaan yang dipunyai oleh pelaku yang bersangkutan.
Sebagai pengetahuan, kebudayaan berisikan konsep-konsep, metode-metode, resep-resep, dan petunjuk-petunjuk untuk memilah (mengkategorisasi) konsep-konsep dan merangkai hasil pilahan untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam menginterpretasi dan memahami lingkungan yang dihadapi dan dalam mewujudkan tindakan-tindakan dalam menghadapi dan memanfaatkan lingkungan dan sumber-sumber dayanya dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan untuk kelangsungan hidup. Dengan demikian, pengertian kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan adalah sebagai pedoman dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Kebudayaan memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1.     System regili dan upacaru keagamaan merupakan produk manusia sebagai homoriligius. manusia yang mempunyai kecerdasan ,pikiran ,dan perasaan luhur ,tangapan bahwa kekuatan lain mahabesar yang dapat “menghitam-putikan” kehidupannya.
2.    System organisasi kemasyarakatan merupakan produk manusia sebagia homosocius.manusia sadar bahwa tubuh nay lemah.namun, dengan akalnya manusia membuat kekuatan dengan menyusun organisasikemasyarakatan yang merupakan tempat berkerja sama untuk mencapai tujuan baersama,yaitu meningatkan kesejahtraan hidupnya.
3.     System mata pencarian yang merupakan produk dari manusia sebagai homoeconomicus manjadikan tinkat kehudupan manusia secara umum terus meningkat.contoh bercocok tanam, kemudian berternak ,lalu mengusahakan kerjinan, dan berdagang.
























BAB III
PEMBAHASAN

            Bahasa Batak Toba ini meliputi daerah kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kabupaten Samosir. Bahasa Batak Toba lebih banyak ditemui di berbagai daerah di Indonesia secara khusus di daerah-daerah Batak seperti Tanah Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena orang Batak Toba adalah orang yang suka berdiaspora (merantau dan menyebar ke mana-mana) disertai dengan bahasa Batak Tobanya sehingga bahasanya pun dapat ditemukan di mana saja. Jadi wajar saja jika ada orang Batak Karo, Simalungun, Pakpak, Mandailing-Angkola tahu bahasa Batak Toba dari pada orang Batak Toba tahu bahasa Batak lainnya.
Dalam tradisi Batak di daerah tersebut, yang menjadi kesatuan Adat adalah ikatan sedarah yang disebut dengan marga. Suku bangsa Batak terbagi ke dalam enam kategori atau puak, yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Masing-masing puak memiliki ciri khas nama marganya. Marga ini berfungsi sebagai tanda adanya tali persaudaraan di antara mereka.Satu puak bisa memiliki banyak marga.
Bahasa Batak Toba sebenarnya bervariasi menurut daerah geografisnya, sehingga terdapat dialek-dialek yang didaerah Tapanuli Utara disebut dialek Toba Silindung yang meliputi Kota/Kecamatan Tarutung, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Garoga, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Pahae Jae (sebahagian dipengaruhi Mandailing-Angkola), Kecamatan Pahae Purbatua (sebahagian dipengaruhi Mandailing-Angkola), dan Kecamatan Simangumban (sebahagian dipengaruhi Mandailing-Angkola); di daerah Humbang Hasundutan disebut dialek Toba Humbang yang meliputi Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Muara, Kabupaten Humbang Hasundutan (kecuali Kecamatan Parlilitan karena pengaruh terirtorial daerah kabupaten Dairi);  di daerah Toba Samosir dialek Toba, dan di daerah Samosir yaitu dialek Toba Samosir yaitu hanya Kabupaten Samosir saja, dan dialek Toba Pesisir Pantai Danau Toba yang meliputi keseluruhan Kabupaten Toba Samosir.
Budaya batak toba sudah banyak mendiami Kabupaten dairi, khususnya daerah Sidikalang, Kecamatan Laeparira. Budaya batak toba banyak menganut aturan dan norma masing-masing. Masyarakat Sidikalang masih menganut ajaran dari tetua terdahulu. Masyarakat Sidikalang mewarisi kebudayaan nenek moyang yang terdahulu. Semua yang diwariskan oleh pendahulu masih dipegang teguh oleh masyarakat setempat.
Masyarakat sekitar Sidikalang yang merupakan suku batak toba berinteraksi seperti layaknya masyarakat biasa. Suku batak toba di daerah Sidikalang menjalani kehidupan seharinya tanpa ada membedakan marga dan jenis. Masyarakat batak toba di daerah ini tidak dibagikan dalam kelompok. Namun memiliki struktur sosial yaitu memiliki satu kesatuan marga. Marga batak toba sangat banyak dan memiliki kesamaan yang terbagi. Beberapa contoh yaitu marga Simamora, Simanullang, Simarmata, Panjaitan, Napitupulu dan masih banyak lagi marga yang mendiami daerah tersebut.
Budaya batak toba di daerah ini sudah terstruktur masing-masing. Beberapa marga memiliki kekerabatan yang tersendiri menurut kesamaan marga masing-masing. Sebagai contoh marga Simamora memiliki kekerabatan tersendiri dengan satu marga yang sama dengan nya yaitu seperti Purba, Manalu, Cibro dan masih banyak lagi.
Masyarakat sekitar Sidikalang masih menganut sistem partuturan yang turun-temurun,seperti norma yang di anut oleh orang tua zaman dulu masih dijalankan sampai sekarang. Dalam suatu upacara adat dalam bangsa batak toba, kedudukan marga sangat penting untuk memegang dan mengambil alih suatu kegiatan seperti acara pernikahan, acara pemakaman orang meninggal,dan kegiatan lainnya. Selain itu yang mewarisi garis besar keturunan orang batak toba berada pada laki-laki.


BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan   
            Masyarakat batak toba di daerah Sidikalang, kabupaten Dairi masih menganut sistem yang turun temurun dari nenek moyang. Namun tidak semua yang dimiliki nenek moyang diwariskan. Kemajuan teknologi menambah pengaruh terhadap kebudayaan bangsa batak  yang mengizinkan kebudayaan luar berbaur dengan masyarakat bangsa batak di daerah tersebut. Namun demikian, masyarakat harus lebih antisipatif dalam mengadopsi  kebudayaan luar supaya kebudayaan bangsa kita sendiri tidak pudar dan masih melekat dalam diri kita masing-masing.     
           








Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

manfaat ekonomi sumber daya ekonomi