manfaat ekonomi sumber daya ekonomi
MANFAAT
EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN POHON TENGKAWANG
Dosen Penanggung
Jawab :
Dr.
Agus Purwoko, S.Hut, M.Si.
Disusun Oleh:
Zetro
Simamora 171201132
HUT 4D
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Di
dunia perdagangan, meranti dari marga Shorea merupakan kayu tropis yang
memiliki peran penting. Beberapa jenis Shorea dikenal sebagai penghasil buah
(illipe nut) dan minyak tengkawang (borneo tallow) yang dipergunakan sebagai bahan
dasar kosmetik, pembuatan coklat, industri margarin, sabun dan lilin. Keputusan
Menteri Pertanian No. 54/Kpts/Um/2/1972 menyatakan bahwa pohon penghasil
tengkawang termasuk pohon yang dilindungi. Tengkawang masih mempunyai masa
depan yang baik untuk dikembangkan. Pengelolaan tengkawang di dalam negeri
menjadi bahan setengah jadi, berupa lemak tengkawang yang akan memberikan
manfaat yang lebih besar, baik untuk daya tahan lemak tengkawang maupun
penyerapan tenaga kerja, disamping akan menghasilkan devisa negara yang lebih
besar.
Keberadaan
tengkawang di habitat alaminya saat ini makin berkurang. Kondisi ini disebabkan
salah satunya oleh pembalakan liar serta eksploitasi terhadap jenis ini sangat
besar sejalan dengan kebutuhan kayu konstruksi yang meningkat oleh sebagian
pemegang Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) yang dilakukan tanpa
memperhatikan aspek kelestarian jenis penghasil tengkawang. Di Kalimantan
Barat, masyarakat sudah mulai paham arti buah tengkawang bagi kehidupan mereka.
Masyarakat mulai membudidayakan jenis tengkawang di pekarangan atau kebun
walaupun masih secara tradisional dan hasil yang belum memuaskan. Kayu
tengkawang terutama dipakai untuk kayu lapis, disamping itu dapat juga dipakai
untuk bangunan perumahan, kayu perkapalan, alat musik, mebel atau peti
pengepak. Populasi tanaman tengkawang sekarang sudah jauh menyusut, karena
banyak yang ditebang.
Kesulitan hidup masyarakat selama krisis
ekonomi memaksa mereka melakukan itu, termasuk menebang pohon buah seperti
pohon durian. Sebelumnya tengkawang ditebang untuk keperluan pembangunan rumah
warga, sekarang pohon ini pun laku dijual dalam jumlah besar (Syaifullah 2001).
Tingginya permintaan pasar akan buah tengkawang dan menurunnya ketersediaan
pohon penghasil tengkawang di hutan alam menuntut perhatian kita untuk
mengkonservasi jenis pohon penghasil tengkawang dan mempelajari budidayanya
agar jenis tersebut tetap lestari.
TUJUAN
Tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk mengetahui
serta mengidentifikasi kegunaan dari pohon
tengkawang.
BAB II
PEMBAHASAN
Taksonomi Tengkawang (Shorea spp.)
Kingdom
: Plantae (tumbuhan)
Divisio
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
Kelas
: Dikotil (berkeping dua)
Ordo
: Malvales
Famili
: Dipterocarpaceae
Genus
: Shorea
Nama daerah : banio, ketuko, melebekan,
meranti, merkuyung, sirantih (Smt); abang, awang, damar, engkabang, kakan,
kenuar, kontoi, lampung, lanan, lentang, ponga, putang, tengkawang (Klm); kayu
bapa, sehu (Mlk).
Tempat
Tumbuh Tengkawang (Shorea spp.)
Tengkawang
tumbuh dalam hutan hujan tropis dengan tipe curah hujan A, B dan C. Jenis ini
umumnya tumbuh pada tanah latosol, podsolik merah kuning dan podsolik kuning
pada ketinggian sampai 1300 m dari permukaan laut. Jenis S. stenoptera, S.
pinanga, S. macrophylla, S. palembanica dan S. quadrinervis tumbuh pada tanah
rendah yang tergenang air selama musim hujan dan di tepi sungai pada tanah
aluvial. Tumbuh baik pada daerah beriklim tropika basah dengan ketinggian 5 -
1.000 m dpl, serta lokasi yang bertanah liat, berpasir, maupun berbatu yang
digenangi atau tidak digenangi air (Martawijaya et al. 1981). Menurut Ashton
(1982), pohon tengkawang tumbuh baik pada daerah beriklim tropika basah dengan
ketinggian 5-1000 dan paling optimal pada ketinggian 700-800 m dpl. Di Kalimantan
Barat, meranti penghasil tengkawang yang banyak adalah tengkawang tungkul
(Shorea stenoptera) umumnya tumbuh baik pada ketinggian 0-750 m dpl, suhu yang
panas (24-37 °C) tetapi lembab dengan rata-rata curah hujan antara 2000-3000
mm/th.
Penyebaran
Tengkawang (Shorea spp.)
Tengkawang
adalah jenis marga Shorea yang telah lama dikenal di Indonesia. Jenis ini
termasuk famili Dipterocarpaceae. Daerah penyebaran alami jenis tengkawang
meliputi India, Thailand, Malaysia, Indonesia, Serawak, Sabah, dan Philliphina.
Di Indonesia pohon tengkawang terdapat di Kalimantan dan Sumatera. Daerah
penghasil tengkawang terbesar adalah di Kalimantan Barat yaitu Sanggau, Kapuas
Hulu, Sintang, Pontianak, Sambas, dan Ketapang. Di Kalimantan Tengah tengkawang
terdapat di daerah Sampit, Pangkalanbun, Kapuas Barito, dan Kahayan. Di
Kalimantan Timur jenis ini terdapat di daerah Mahakam Hulu, Bulungan, dan
Tarakan (Ashton 1982). Menurut Soerianegara dan Lemmens (1994), pohon
tengkawang pada umumnya tumbuh di hutan primer dengan ketinggian antara 5 - 300
m dpl, pada tanah liat atau berpasir, biasanya tumbuh berkelompok.
Potensi
dan Kegunaan Tengkawang (Shorea spp.)
1. Potensi Tengkawang
(Shorea spp.)
Tengkawang
(Shorea spp.) merupakan jenis pohon yang menjadi andalan hutan tropika. Kayu
jenis ini banyak digunakan untuk bangunan perumahan dan komoditi ekspor. Di
internasional menjual benih tengkawang dikenal sebagai illipe nut. Potensi
pohon tengkawang saat ini (Shorea spp.) sebagai salah satu jenis kayu primadona
hutan tropika mulai sulit dicari di pasaran, eksploitasi terhadap jenis ini
sangat besar sejalan dengan kebutuhan kayu konstruksi yang meningkat. Kayu
tengkawang terutama dipakai untuk venir dan kayu lapis, disamping itu dapat
juga dipakai untuk bangunan perumahan, kayu perkapalan, alat musik, mebel atau
peti pengepak.
1. Kegunaan Tengkawang
(Shorea spp.)
Bijinya
yang mengandung lemak dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan
coklat, margarine, malam, sabun dan bahan kosmetika. Kayu umumnya termasuk
meranti merah banyak dipergunakan untuk kayu pertukangan dan plywood (Anonim
2000). Menurut Sumadiwangsa (2001), biji tengkawang (Borneo Illipe nut)
merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang penting sebagai bahan
baku lemak nabati. Karena sifatnya yang khas, lemak tengkawang berharga lebih
tinggi dibanding minyak nabati lain seperti minyak kelapa, dan digunakan
sebagai bahan pengganti minyak coklat, bahan lipstik, minyak makan dan bahan
obat-obatan.
Di
Indonesia terdapat sekitar 13 jenis pohon penghasil yang tersebar terutama di
Kalimantan dan sebagian kecil di Sumatera. Produksi dan proses ekstraksi biji
tengkawang serta keunggulan nilai penanamannya. Penanaman tengkawang sudah
saatnya dilaksanakan terutama di Kalimantan mengingat pohon tersebut merupakan
pohon khas Kalimantan dan bijinya bernilai tinggi. Seperti diketahui sampai
sekarang biji tengkawang dipungut dari pohon tengkawang yang tumbuh di hutan
alam.
Sebagai hasil tambahan bila produksi biji
telah menurun, kayunya dapat dipungut untuk dimanfaatkan sebagai salah satu
jenis kayu bernilai tinggi yang banyak diminati baik untuk industri kayu lapis
maupun industri kayu gergajian. Lemak tengkawang mempunyai ciri mirip dengan
lemak kakao, oleh karena itu lemak ini berpotensi sebagai Cocoa Butter Substitute
(CBS). Potensi ini sangat menguntungkan secara ekonomis karena harga lemak
tengkawang jauh lebih murah, yaitu 20 - 25% dari harga lemak kakao. Penggunaan
lemak tengkawang merupakan alternatif yang baik dalam pembuatan kosmetik yang
selama ini banyak menggunakan lemak kakao. Penelitian ini bertujuan melihat
penggunaan lemak tengkawang sebagai bahan dasar lipstik. Melihat perkembangan
produksi lipstik Indonesia yang cukup besar, diperkirakan sekitar 300 ribu
sampai 400 ribu batang per tahun, diharapkan penelitian ini memberikan
kontribusi dalam pemanfaatan hasil hutan Indonesia .
Sebagaimana umumnya Shorea, tengkawang tidak selalu
berbuah pada setiap tahun. Dan ada waktu-waktu tertentu setiap beberapa tahun
sekali di mana produksi tengkawang berlimpah, yang umum dikenal sebagai musim
raya. Pada musim seperti ini, pohon-pohon tengkawang di banyak daerah berbunga
dan berbuah pada saat yang hampir bersamaan, dan dalam jumlah yang
berlimpah.Meskipun beberapa jenisnya telah banyak ditanam penduduk, sebagian
besar produksi datang dari tumbuhan liar di hutan-hutan alam. Ketika
musimnya tiba, buah-buah geluk tengkawang yang berjatuhan di sekitar pohon
segera dipunguti dan dikumpulkan oleh warga setempat, sebelum buah-buah itu
dimakan oleh babi hutan atau hewan-hewan liar lainnya. Biji tengkawang
yang bergizi tinggi disukai oleh banyak binatang hutan. Pada sisi
yang lain, buah-buah tengkawang ini lekas tumbuh karena tidak memiliki
masa dormansi. Dalam beberapa hari saja, apabila tidak dipungut, buah-buah
yang jatuh ke tanah lembap akan segera berkecambah.Pohon-pohon
tengkawang yang telah tua dan tidak lagi produktif biasanya ditebang untuk
dimanfaatkan kayunya. Kayu tengkawang dalam dunia perdagangan umumnya tergolong
ke dalam kayu meranti merah. Tengkawang terutama diproduksi oleh Kalimantan
Barat, Sarawak, dan sedikit dari Kalimantan
Tengah serta Kalimantan Timur. Tengkawang
telah lama dibudidaya oleh masyarakat dusun Tem’bak, karena nilai ekonominya
yang tinggi. Kedepannya perlu dilakukan pengelolaan pohon Tengkawang secara
lestari. Selain untuk memperoleh manfaat finansial, juga untuk menjaga
lingkungan hidup dan Kehutanan.
Biji tengkawang mengandung minyak yang dapat dimakan
dan kadang-kadang oleh masyarakat setempat digunakan sebagai penyedap nasi
tetapi sebagian besar buah tengkawang diekspor untuk pembuatan permen sebagai
pengganti mentega dan coklat, untuk pembuatan sabun, bahan kosmetik,
obat-obatan dan makanan ternak. Seperti pada dipterocarpaceae lainnya, pohon
tengkawang berbunga dan berbuah tidak teratur dengan tenggang waktu antara dua
sampai tujuh tahun. Buah tengkawang berbiji tunggal berkecambah dalam waktu dua
atau tiga hari setelah jatuh. Pada waktu biji berkecambah, kandungan minyak
pada biji menurun dengan cepat. Oleh karena itu buah tengkawang harus dikumpulkan
secepat mungkin setelah jatuh. Buah tengkawang dikumpulkan dari hutan oleh suku
Dayak, dibuang kulitnya kemudian dijemur di bawah matahari dan selanjutnya
dijual ke pedagang-pedagang Cina. Buah tengkawang merupakan sumber pendapatan
penting bagi sebagian masyarakat. Pengumpulan, pengolahan dan penjualan semua
terjadi dalam jangka waktu kira-kira enam minggu. Dalam tahun panen yang baik
satu rumah panjang suku Dayak Kenyah dapat mengumpulkan lebih dari 10.000 kg
dengan nilai 17.000 ringgit Malasyia. Pendapatan ini bagi setiap rumah tangga
lebih besar dari yang diperoleh dari pengumpulan gaharu atau dari perkebunan
karet di kampung. Panenan seperti ini hanya dapat berkelanjutan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No.261/1990 menetapkan 12 jenis tanaman Tengkawang (shorea)
sebagai tanaman dilindungi, sehingga tidak diperbolehkan dieksploitasi demi
kepentingan apa pun, terutama bahan baku industri kayu lapis Dalam dunia flora,
Tengkawang hanya terdapat di Pulau Kalimantan. Hasil penelitian Departemen Kehutanan
hingga tahun 1980, memperli-hatkan populasi Tengkawang terbesar berada di
Kalimantan Barat. Sebagian kecil berada di Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Timur yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Kalimantan Barat. Pemda Kalbar
kemudian menetapkan sebagai maskot.
Kini, kewibawaan pemerintah menerapkan aturan, demi kelestarian Tengkawang tengah diuji. Pasalnya, sejak 1986, praktek penebangan Tengkawang makin marak, ketika buah Tengkawang harganya jatuh di tingkat petani yang cuma dihargai Rp 500 per kilogram. Padahal sebelum tahun 1980-an, biji Tengkawang sebagai yang bisa dipergunakan untuk bahan baku industri kosmetik dan minyak goreng harganya mencapai Rp 5.000 per kilogram.
Kondisi ini dimanfaatkan sejumlah pengusaha industri perkayuan. Masyarakat yang kecewa dengan harga biji Tengkawang terus turun, mengambil jalan pintas menebang pohon Tengkawang untuk dijual sebagai bahan baku industri kayu lapis demi kelangsungan asap dapur.
Kini, kewibawaan pemerintah menerapkan aturan, demi kelestarian Tengkawang tengah diuji. Pasalnya, sejak 1986, praktek penebangan Tengkawang makin marak, ketika buah Tengkawang harganya jatuh di tingkat petani yang cuma dihargai Rp 500 per kilogram. Padahal sebelum tahun 1980-an, biji Tengkawang sebagai yang bisa dipergunakan untuk bahan baku industri kosmetik dan minyak goreng harganya mencapai Rp 5.000 per kilogram.
Kondisi ini dimanfaatkan sejumlah pengusaha industri perkayuan. Masyarakat yang kecewa dengan harga biji Tengkawang terus turun, mengambil jalan pintas menebang pohon Tengkawang untuk dijual sebagai bahan baku industri kayu lapis demi kelangsungan asap dapur.
BAB
III
PENUTUP
Tengkawang merupakan tumbuhan langka
di Indonesia yang tumbuh di daerah Kalimantan. Tumbuhan ini banyak dimanfaatkan
untuk diambil minyak lemaknya yang berharga tinggi. Pohon khas Kalimantan ini
memiliki banyak spesies, dimana 12 diantaranya sudah dilindungi oleh pemerintah
karena jumlahnya yang semakin menipis. Minyak tengkawang biasanya dibuat dari
biji-biji yang telah jatuh. Biji tersebut kemudian dijemur dan sangrai sampai
kering sebelum kemudian dibuat minyak. Minyak ini bisa digunakan sebagai
obat-obatan tradisional, bumbu masakan, dan sebagai bahan untuk membuat
kosmetik. Pohon-pohon tengkawang yang telah tua dan
tidak lagi produktif biasanya ditebang untuk dimanfaatkan kayunya. Kayu
tengkawang dalam dunia perdagangan umumnya tergolong ke dalam kayu meranti
merah. Tengkawang terutama diproduksi oleh
Kalimantan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hambali et al. 2008. Produksi lemak tengkawang sebagai bahan
baku industri lipstik. http://smk3ae.wordpress.com/2008/11/17/produksi-lemak-tengkawang-sebagai-bahan-baku-industri-lipstik
[19 Februari 2009].
Heriyanto dan
Mindawati. 2008. Konservasi jenis tengkawang (Shorea spp.) pada kelompok
hutan Sungai Jelai-Sungai delang-Sungai Seruyam hulu di Propinsi Kalimantan
Barat. Info Hutan 5 (3): 281-287.
Indriyanto. 2005. Ekologi hutan. Bandar
Lampung: PT. Bumi Aksara.
Marsano
D, Wahjono dan Tampubolon AP. 1987. Penelitian dan percobaan penanaman
jenis-jenis Dipterocarpaceae. Prosiding Simposium Hasil Penelitian
Silvikultur Dipterocarpaceae. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.
Pradiastoro A. 2004. Kajian tempat tumbuh alami Palahlar Gunung (Dipterocarpus
retusus BI) di kawasan hutan lindung Gunung Cakrabuana Kabupaten
Sumedang Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
Prawira BSA dan Tantra IGM. 1973. Soerianegara I dan Lemmens RHMJ.
1994. Plant Resources of South-East Asia No. 5 (1). Bogor - Indonesia.
Sumadiwangsa
S. 2001. Nilai dan Daya Guna Penanaman Pohon Tengkawang (Shorea spp.) di
Kalimantan. http://www.dephut.go.id/INFORMASI/
LITBANG/Hasil/buletin/2001/2-1-f.HTM [31 Januari 2009].
Komentar
Posting Komentar